Perempuan

Tantangan Pandemi bagi Pemulung di Kota Kupang

Published

on

Rina bersama para pemulung lain sedang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak, Kota Kupang (31/10/2021)

oleh: Albertina Meo

Salah satu kelompok warga yang paling terdampak pandemi Covid-19 adalah para pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penghasilan mereka menurun menjadi hampir setengah dibandingkan sebelum pandemi, akibat penurunan harga jual sampah jerih payah mereka.

“Sebelum pandemi, saya bisa membawa ke rumah minimal Rp200 ribu per hari. Kini sekitar setengahnya saja,” kata Rina (65), pemulung yang memiliki enam anak yang masih sekolah.

Menurut Rina, harga jual sampah seperti plastik biasanya Rp600 per kilo. Namun sejak pandemi, harga jual menurun sampai setengahnya. Bahkan di awal pandemi, ada yang menawar hingga Rp200 per kilonya.

“Uang sekolah anak-anak selama ini masih mempunyai tunggakan. Untuk kebutuhan sehari-hari saja kami sangat susah apalagi untuk hal kebutuhan lainnya,” kata Rina saat ditemui di TPA Alak, Minggu (31/10/2021).

Untuk menambah penghasilan, suaminya membantunya memulung setiap hari.  Mereka berdua memilih dan memilah sampah di TPA itu sejak pukul 06.00 hingga 12.00.

Setelah memulung, Rina pulang untuk mengurus rumah dan membantu anak-anaknya menyelesaikan tugas sekolah. Sementara itu, suami Rina juga berjualan sayur kecil-kecilan di pinggir Pasar Inpres Kota Kupang, yang dilakukannya usai memulung.

Selama menjadi pemulung di tengah pandemi Covid-19, Rina mengatakan bahwa pendapatan mereka berdua hanya 100 ribu dalam sehari,  karena di tempat tersebut ada banyak pemulung lain juga. Bahkan sering ia juga tidak membawa apapun usai memulung. 

Sebagai tempat pembuangan akhir untuk sampah, TPA Alak bagian dari nadi penting kehidupan Kota Kupang. Terdapat sekitar puluhan pemulung bekerja di sana tiap harinya

Setiap hari, puluhan truk sampah berdatangan ke TPA Alak dari berbagai titik Kota Kupang. 

“Jumlah sampah ke TPA Alak sebenarnya tidak dapat dihitung berapa jumlahnya. Saya berbicara puluhan truk saja, karena kami membawa sampah dalam sehari hanya puluhan itu,” kata Anton Acoy, salah satu pegawai kebersihan di Kota Kupang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.