Perempuan

Menengok Mace, Sosok Perempuan Mandiri Tak Tergerus Pandemi

Telah banyak sektor yang terdampak pandemi, salah satunya pelaku usaha kecil. Tak terkecuali mereka yang berjualan di kantin kampus. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring menggerus pendapatannya bahkan nyaris kehilangan mata pencaharian tetap.

Published

on

Oleh: Tori Andilo

Telah banyak sektor yang terdampak pandemi, salah satunya pelaku usaha kecil. Tak terkecuali mereka yang berjualan di kantin kampus. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring menggerus pendapatannya bahkan nyaris kehilangan mata pencaharian tetap.

Ibu Halifah atau yang akrab disapa Mace saat ditemui di Kantin Sospol Unhas (29/10/2021)

Tidak sedikit para pelaku usaha kantin yang memutar otak dengan membuka usaha lain atau bahkan mencari pekerjaan yang baru karena pandemi yang tak kunjung usai. Tetapi, tidak semua menyerah dengan keadaan dan pasrah begitu saja. Salah satunya adalah Ibu Halifah (62) atau yang akrab disapa Mace. Di usianya yang lanjut, ia tetap berjualan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Mace menutup kantinya selama hampir setahun karena adanya kebijakan lockdown pemerintah. Setelah dilonggarkannya peraturan terkait pandemi barulah Mace berjualan kembali.

“Sekarang yang datang di kampus cuma mahasiswa yang mau selesaikan tugas akhirnya saja sama beberapa pegawai juga seperti tukang bersih-bersih,” kata Mace saat ditemui di Kantin Sospol (29/10/2021). Hal itulah yang membuat Mace tetap berjualan meskipun pembelinya hanya beberapa saja.

Ia mengaku pendapatannya juga menurun sangat drastic. “Kalau pendapatan sangat jauh berbeda dari sebelum pandemi, kalau dulu satu hari itu bisa dapat untung satu juta kalau sekarang kadang satu hari cuma 300 ribu saja,” tambah Mace. Tak ayal, Mace yang sehari-harinya harus menghidupi ketiga orang anaknya sendirian ini merasa kesulitan.

Dibukanya kembali kantin Mace ini menjadi sebentuk bantuan bagi para sivitas akademik jika harus membeli minum atau makan saat ke kampus. Salah seorang mahasiswa tingkat akhir, Wildan Fauzi juga menyesali kantin-kantin di kampus yang terdampak pandemi dan menilai perlunya perhatian lebih dari pihak kampus.

“Menurut saya Mace adalah yang paling terdampak karena dengan tidak adanya pembelajaran tatap muka pasti membuat pemasukan mereka turun dan seharusnya mendapatkan bantuan dari pihak kampus karena,” kata Wildan (29/10/2021).

Mace menuturkan jika dirinya sama sekali belum mendapatkan bantuan apa pun, baik itu dari pihak kampus maupun pemerintah. “Selama pandemi ini saya tidak mendapatkan bantuan apa pun, dari pihak kampus maupun kelurahan tempat saya tinggal,” ujar Mace.

Satu-satunya bantuan yang didapatkannya berupa solidaritas mahasiwa yang masih peduli dengan memberikan beberapa sumbangan dana dan juga sembako kepada Mace. “Saya tetap berjualan meskipun tidak ada bantuan dari pamerintah, mungkin ini sudah rezekinya,” tambah Mace.

Belum ada pernyataan pasti dari pihak kampus terkait bagaimana nasib UMKM kecil yang berjualan di kantin, dari pihak pemerintah sampai saat ini juga masih terus berupaya membangkitakan UMKM kecil agar dapat bertahan dari terpaan pandemi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.