Perempuan

Kisah Relawan Pendidikan Desa Wanaherang Bogor

“Teh Ren,” “Teh Ren,” teriak anak-anak memanggilnya di depan rumah ketika siang hari.

Published

on

Renny ketika mengajari anak-anak Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor (21/10/21) ( Foto: Renny Apriliyani)

Oleh: Sahida Purnama

“Teh Ren,” “Teh Ren,” teriak anak-anak memanggilnya di depan rumah ketika siang hari. Saat itu (Kamis, 04/11), anak-anak itu terlihat sangat bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, mereka akan belajar bahasa Indonesia dalam bimbingan belajar gratis di rumah Teh Ren, pembimbing mereka.

Sebutan “Teh Ren” yang dipanggil oleh anak-anak itu adalah Renny Apriliyani, seorang mahasiswi yang menjadi relawan pendidikan untuk anak-anak di Desa Wanaherang, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

Sudah lebih dari tiga tahun Renny mengajar anak-anak di desa itu. Renny mulai mengajar pada 2018 setelah tamat sekolah di SMA Negeri 1 Pandeglang Banten. Beberapa materi yang diajarkan adalah bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika. Saat ini Renny adalah mahasiswa di Universitas Indraprasta PGRI Jurusan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Jakarta.

Sejak masih duduk di bangku SMA, Renny sudah membuka Bimbingan secara gratis untuk anak-anak di rumahnya ketika masih tinggal di Banten. berawal dari rasa prihatin melihat anak-anak di desa itu kurang memiliki minat belajar dan minimnya dukungan dari orang tua. Kemudian Renny mulai pelan-pelan melakukan pendekatan kepada anak-anak di desa itu agar ikut belajar dengannya. Menurutnya, anak-anak harus mendapatkan pendidikan terbaik karena sumber perubahan ada pada mereka.

“Anak-anak adalah generasi muda terbaik untuk diberi asupan pengetahuan, dan kelak perubahan itu ada pada mereka. Mereka itu visioner untuk masa depan,” ujar Renny ketika di wawancara via WhatsApp (29/10).

Kegiatan belajar yang dibuat oleh Renny bertujuan agar anak-anak desa, terutama yang berasal dari keluarga prasejahtera, dapat memiliki kesempatan untuk belajar sehingga memiliki budaya literasi dan minat belajar yang tinggi. Kegiatan belajar dilakukan hampir setiap hari akan tetapi waktunya tidak menentu namun sering dilakukan ketika siang atau sore hari karena semua anak sudah pulang sekolah.

Kegiatan ini pun mendapatkan respons positif dari warga sekitar, terutama orang tua yang anaknya diajar oleh Renny. Salah satunya Arina yang merasa sangat terbantu oleh kegiatan yang dilakukan oleh Renny.

“Sangat bersyukur ada yang dengan sukarela membantu dalam kegiatan belajar mengajar secara gratis,” ungkap Arina via whatsApp (04/11).

Sebelum Arina merasa kesulitan ketika mengajari anaknya karena sejak sekolah diterapkan secara daring materi yang diajarkan oleh guru lebih sulit dijangkau oleh anaknya yang lebih sering memberikan tugas kepada murid-murid yang membuat orang tua semakin membingungkan. Arina menjelaskan bahwa Renny sering membantu membahas tugas sekolah dan cara pengerjaannya sehingga tugas sekolah dapat diselesaikan dengan baik oleh anak-anak.

Sosok Renny yang ramah membuat ia disukai anak-anak . Azka, salah satu anak yang diajariRenny, mengaku sangat senang ketika diajar oleh Renny. Saat ini Azka duduk dibangku kelas dua Sekolah Dasar. Ketika diwawancarai via telepon Azka mengaku bahwa Renny sangat membantunya belajar membaca. Hal yang sama juga oleh Alya, siswi kelas tiga Sekolah Dasar. Ia juga menjelaskan hal-hal yang telah dipelajari dengan Renny.

“Belajar Iqro’, nulis, matematika dan bahasa Inggris.” Kata Alya di wawancara via telepon (04/11).

Azka (kiri) dan Alya (kanan) saat mengikuti jalannya kelas ( 04/11/21) (Foto: Renny Apriliyani)

Hingga sekarang, sudah banyak anak-anak yang telah diajar oleh Renny. Namun Renny tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah anak-anak yang telah diajarkannya.

“Terakhir di Banten 25 anak, sekarang di Bogor sekitar 15 orang, tapi kadang lebih juga,” jelas Renny.

Setelah melalui beberapa pertemuan, banyak perubahan yang terjadi. Salah satunya adalah anak-anak sudah lancar menulis dan membaca. Mereka juga menyukai pelajaran matematika, padahal sebelumnya mereka sangat tidak menyukai mata pelajaran tersebut karena dianggap sulit.

Awal Mula Menjadi Relawan

Renny mengaku pernah bertemu dengan anak-anak di pinggir jalan, duduk sambil membaca buku. Renny pun menjadi penasaran kemudian menghampiri anak itu sambil bertanya. Renny trenyuh ketika mengetahui anak itu tidak sekolah karena keterbatasan ekonomi.

Dari pengalaman tersebut, kemudian munculah inisiatif untuk memberikan bimbingan belajar khusus untuk anak-anak tersebut. Kegiatan bimbingan belajar dilakukan selama dua jam. Namun, tidak jarang Renny tetap mengajar di luar waktu tersebut karena anak-anak sangat antusias dan bersemangat untuk belajar.

Keterbatasan ekonomi memang menjadi alasan paling kuat yang menyebabkan anak-anak tidak dapat mengeyam dunia pendidikan. Menurut data  Kementerian Perencanaan Pembangunan/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) pada tahun 2019 lalu,jumlah keseluruhan anak usia sekolah di Indonesia adalah 53 juta dan diperkirakan ada sekitar 4,3 juta anak usia sekolah yang tidak bersekolah atau sekitar 6 persen dari total keseluruhan. Sayangnya, 54 persen penyebabnya karena keterbatasan ekonomi.

Sementara itu menurut data UNICEF tahun 2016, sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak menikmati dunia pendidikan. Sekitar 600 ribu  diantaranya adalah jenjang sekolah dasar dan 1,9 juta  anak jenjang sekolah menengah pertama. Sebagian besar anak-anak yang yang tidak sekolah tersebut berasal dari keluarga miskin.

Pengalaman yang Didapat

Renny mengatakan banyak pengalaman berharga selama menjadi pengajar untuk anak-anak. Menurutnya mengajari anak-anak itu bukan perkara yang mudah, harus dibutuhkan ketekunan dan kesabaran dalam prosesnya.

Renny bercerita bahwa anak-anak mudah sekali merasa jenuh dalam belajar ia sehingga harus memutar otak untuk memikirkan metode yang tepat supaya mereka tetap fokus dan tidak bosan.

Seperti misalnya bahasa Indonesia, dalam proses belajarnya sering sekali menggunakan media pemberlajaran digital berupa video atau sejenisnya yang bisa menarik minat anak anak  untuk lebih semangat belajar.

Tak jarang Renny merasa kesulitan mengajar anak-anak tersebut karena jumlah anak-anak yang diajarkan lumayan banyak. Kesulitan yang dihadapi adalah menyatukan gaya belajar dari setiap anak-anak tersebut, karena setiap anak pasti mempunyai cara dan gaya belajarnyaa masing-masing.

Semangat untuk Terus Memberikan yang Terbaik

Di tengah kesibukan kuliah, melakukan penelitian dan berorganiasasi. Renny juga sangat senang membaca dan ingin terus belajar. Setiap harinya Renny menyempatkan diri untuk membaca buku, bacaannya pun beragam, termasuk membaca novel-novel dan karya sastra yang lain.

Selain membaca, Renny juga sangat suka menulis, setahun terakhir ini, Renny berhasil meluncurkan bukunya yang berjudul “Renjana.” Hasil pemikiran dan curahan hatinya dituangkan ke dalam buku ini. Saat ini, Renny juga sedang dalam proses penulisan buku kedua yang direncanakan akan terbit awal Januari tahun depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.