Perempuan

Kendala Jaringan dan Mati Lampu: Masalah Terbesar Kuliah Daring Mahasiswa Unsrat

Mahasiswa tampaknya memiliki sikap yang berbeda-beda dalam menanggapi kuliah daring. Ada yang senang, ada pula yang tidak, dengan berbagai alasan.

Published

on

Oleh: Crespo Mandang

Sudah sejak 16 Maret 2020

kuliah berlangsung secara daring. Meski demikian, masih banyak hambatan yang dialami mahasiswa di Unsrat. Habatan utama adalah kendala jaringan internet dan mati lampu.


Pingkan (20), yang dijumpai via zoom (27/10) termasuk mahasiswa yang senang ketika mendengar keputusan kuliah daring.


“Sebagai anak rantau awalnya saya senang mendengar kuliah from home walaupun agak khawatir apakah kuliah ini bisa dilaksanakan”.


Sementara, Anggreine Mandey (19), mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Unsrat, merasa tidak senang dengan kuliah daring. Melalui wawancara lewat zoom ia menyatakan:


“ Pada awal mula pandemi jujur saya tidak senang mendengar akan kuliah dari rumah secara daring. Ini berarti kita harus beradaptasi hidup di rumah dan tidak boleh keluar. .,”


Kendala jaringan internet jamak terjadi di kalangan mahasiswa Unsrat.
Pingkan Sakey (20), misalnya, menyatakan “kendala yang saya alami adalah jaringan internet yang kurang memadai di tempat saya.”


Bukan saja jaringan internet yang terbatas, akses untuk mendapatkannya pun dirasa memberatkan.


Jessica (20), mahasiswi perantauan yang memilih menetap di Manado, saat di wawancara di kampus mengungkapkan, “sebagai anak rantau yang menetap di sini sendiri, kesulitan yang paling utama adalah mengelola keuangan. Menurut saya pribadi pengeluaran saat kuliah online jauh lebih besar dibandingkan saat offline, mulai dari keperluan makan, kebutuhan sehari-hari, dan yang paling besar pengeluaran untuk kuota karena kuota yang diberikan Unsrat tiap bulannya sangat sedikit jauh dari kata cukup.”


Jessica mengharapkan jika kedepan kuliah online masih terus berlangsung, pihak kampus dapat memberikan fasilitas lebih memadai seperti kuota internet yang lebih baik.


Kendala lain yang tidak kalah serius adalah mati lampu. Frekuensi mati lampu yang cukup sering dinilai mahasiswa menghambat proses belajar online.


Saat ditanyai mengenai hambatan saat kuliah daring, Anggreine (19) mengatakan, “ kuliah online kurang efektif, apalagi saat terjadi mati lampu”.


Hal senada juga disampaikan oleh Jessica Samual (20).


“Dukanya kuliah online saat di kost mati lampu dan tidak ada jaringan, jadinya kesulitan untuk mengakses zoom”


Beberapa kendala lain kuliah online yang diungkap oleh narasumber berkaitan dengan kemampuan dosen mengajar online, rasa lelah dan bosan yang dialami mahasiswa.


“Walau hal ini relatif tergantung pada dosen yang mengajar, ada dosen yang cara mengajarnya membuat saya mengantuk”, jelas Anggreine.


Jessica berpendapat sama, “Awalnya saya senang karena akan kuliah dari rumah tetapi setelah 3 semester dijalani hanya rasa lelah dan bosan yang tersisa.”


“Materi yang diberikan dosen sulit dipahami karena penjelasan dari dosen kadang sulit ditangkap”, terang Pingkan Sakey.


Mahasiswa Unsrat tampaknya tidak sabar menunggu kuliah offline dimulai.
Anggreine menyampaikan harapannya, “ Semoga kuliah offline semester depan bukan hanya sekedar PHP, dan semoga pandemi ini cepat berakhir”.


Jessica mengatakan banyak hal yg ia rindukan dari kuliah di kampus, mulai dari rindu bertemu dengan teman-teman hingga mendengarkan penjelasan langsung dari dosen.

Bagi Pingkan tidak hanya ada rasa senang namun juga sedih ketika kuliah offline dimulai.


“Mendengar semester depan ada kemungkinan kuliah tatap muka rasanya campur aduk, senangnya dapat bertemu dengan teman-teman kembali, tetapi di lain sisi harus kembali menjadi anak rantau dan berpisah dari orang tua lagi.”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.