Difabel

Tantangan Difabel di Aceh selama Pandemi

Published

on

Juwairiyah, perempuan penyandang disabilitas tuna wicara asal Aceh Bireun (29/10)

oleh: Rahmawati

Kondisi ekonomi menjadi salah satu aspek kehidupan difabel yang paling terdampak pandemi covid-19, termasuk bagi para difabel di Aceh. Meski demikian, mereka tetap bersemangat mencari penghasilan melalui jualan online, kerja serabutan dan usaha kecil-kecilan.

Salah satunya adalah Juwairiyah (65 tahun) difabel tuna wicara di Aceh Bireun yang berprofesi sebagai penjual pecel. 

“Hambatan selama pandemi, pembelinya berkurang. Sebelum pandemi, pendapatannya di atas seratus ribu. Selama pandemi, pendapatannya di bawah seratus ribu,” ujar Rina yang merupakan tetangga dekat Juwariyah. Rina membantu proses wawancara dengan Juwariyah (29/10/2021). 

Sehari-hari, Juwairiyah yang kerap disapa Nek Juwo berjualan di pinggir jalan di Desa Tufah, Kecamatan Jeunieb, Kabupaten Bireuen. Jarak dari rumahnya sekitar seratus meter, yang ia tempuh dengan berjalan kaki. Ia jualan dari pukul 07.00 pagi sampai 12:00 siang.

Juwairiyah tinggal di rumahnya sendirian, suaminya sudah meninggal. Ia hanya mempunyai satu anak perempuan yang sudah menikah dan tinggal bersama suaminya di lokasi yang berbeda kota dari Juwairiyah.

Rina mengatakan Juwairiyah berencana bisa memiliki warung kecil di depan rumah supaya tidak capek jualan di pinggir jalan tersebut. 

Pengalaman yang kurang lebih hampir sama dirasakan oleh Ramadhan, biasa dipanggil Madan, seorang difabel tuna wicara asal Sabang. Saat ini, ia bekerja sebagai petugas kebersihan di Hotel The Point, Jalan Sumir 3 Kota Sabang.

Ramadhan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ia bekerja di hotel itu bersama ayah kandungnya.

“Dia tinggal di ruang lingkup hotel juga bersama ayahnya. Ayahnya sudah lama kerja di sana juga. Jadi, hubungan mereka dengan pemilik hotel lumayan dekat, kerjanya dari pagi sampai sore,” kata Dini, tetangga dekat Ramadhan yang membantu proses wawancara (29/10/2021). 

Dini mengatakan, Ramadhan susah mendapatkan pekerjaan karena banyak orang tidak bisa berkomunikasi dengannya. Dia selalu berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap dengan gaji yang memadai.

Ramadhan, penyandang disabilitas tuna wicara dari Sabang, Aceh (29/10)

Di Aceh, salah satu program pemerintah untuk difabel adalah program disabilitas Forum Bangun Aceh (FBA).

Program disabilitas FBA adalah program pemberdayaan ekonomi dan sosial untuk penyandang disabilitas di Aceh. Tujuan jangka panjangnya adalah meningkatnya taraf hidup dan menurunnya tingkat kemiskinan laki-laki dan perempuan disabilitas di Aceh. Dengan demikian, mereka dapat mengakses hak-hak mereka sesuai dengan amanat konvensi PBB tentang hak-hak orang disabilitas dan UU No. 8, 2016 tentang hak-hak penyandang disabilitas.

“Di Aceh sudah ada program untuk kaum disabilitas, namun bantuan dan manfaatnya belum teralokasikan sama rata. Salah satu programnya adalah program disabilitas FBA. Saat bantuan diberikan, para difabel harus diposisikan sebagai subjek, bukan sebagai objek ” ujar Ruslaini, mantan aktivis BEM Fakultas Pertanian Unimal, Lhokseumawe, yang aktif dalam isu disabiltas.

Sementara itu, Qanita yang merupakan anggota dari divisi disabilitas dan perempuan muda dari Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh Young Women Unit (FKM BKA YWU) mengatakan forum tersebut berfokus pada pengembangan sumber daya komunitas disabilitas dalam menghadapi bencana. Menurutnya, sebagai kelompok rentan dan paling berdampak ketika bencana, menjadikan difabel subjek adalah penghargaan dan kekuatan yang penting dalam mencapai hak-hak mereka sebagai manusia.

Mengingat masih terbatasnya program pemerintah untuk difabel selama ini, upaya pelatihan kecakapan perlu terus diberikan kepada difabel, supaya mereka bisa bekerja secara mandiri. Hal ini disampaikan oleh Hamdani, dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Syiah Kuala.

Hamdani juga berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan fasilitas maupun materi untuk meringankan beban difabel di Aceh selama pandemi, karena masih banyak difabel yang luput dari pantauan masyarakat dan pemerintah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.