Difabel

Semangat Membangun Inklusivitas Melalui Program Rumah Ramah Difabel

Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama dan semangat membangun iklusivitas, Cherry Child Foundation (CCF) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat membentuk program Rumah Ramah Difabel.

Published

on

oleh: Lisa Hartina

Kegiatan belajar di rumah ramah difabel yang dilakukan oleh kakak dampingan di kantor CCF pada 22 Februari 2020 (Dokumentasi: Instagram CCF)

PADANG – Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama dan semangat membangun iklusivitas, Cherry Child Foundation (CCF) bersama Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat membentuk program Rumah Ramah Difabel yang diluncurkan pada 1 Oktober 2020.

“Ada beberapa program dalam rumah ramah difabel, yang pertama yakni pendampingan untuk anak difabel itu sendiri, dan yang kedua adalah pendampingan untuk keluarga yang memiliki anak difabel,” terang Azbar Lubis, kakak pendamping dalam program Rumah Ramah Difabel.

Azbar juga menyebutkan bahwa dalam menjalankan program ini, CCF terlebih dahulu akan melakukan assessment awal terhadap calon anak dampingan. CCF menggunakan bantuan profesional yaitu psikolog untuk melakukan assessment dan diagnosa. Setelah mendapatkan diagnosa, serta apa saja yang harus dilakukan oleh anak, maka akan diterapkan di CCF. Pendampingan yang dilakukan dalam program ini terfokus pada bidang emosi, kemandirian dan juga akademik anak. Dalam bidang kemandirian contohnya, dilakukan toilet training bagi anak yang belum mampu untuk ke toilet sendiri maupun pelatihan makan, dan sebagainya.

“Program Rumah Ramah Difabel ini memiliki jadwal setiap minggunya dan ada hari-hari tersendiri untuk masing-masing anak dalam melakukan terapi. Sehingga saya rasa, program ini sudah berjalan dengan cukup baik,” ujar Khairinnisa Rahmi, salah seorang volunteer dari CCF.

Selain melakukan pendampingan dan terapi untuk anak difabel, CCF juga bekerjasama dengan Tenaga Kesejahteraan Sosial Penyandang Disabilitas (TKSPD) Kota Padang terkait dengan pendataan, hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Volunteer CCF, Richard Ivander saat dihubungi melalui Zoom Meeting (28/10). “Jadi dapat dikatakan, sejauh ini upaya yang dilakukan CCF adalah terkait dengan pendataan dan terapis yang diberikan untuk anak-anak difabel,” ujar Richard.

Terkait dengan adanya pandemi Covid-19, membuat semua kegiatan terbatasi, termasuk dengan kegiatan yang dilakukan dalam program Rumah Ramah Difabel tentunya. Kegiatan pendampingan serta terapi yang dilakukan dalam program Rumah Ramah Difabel ini masih berfokus pada kegiatan tatap muka secara langsung, sehingga para volunteer, anak, dan juga orang tua harus saling menjaga satu sama lain dengan cara menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

 “Dalam melakukan kegiatan pendampingan, akan ada sentuhan yang akan dilakukan kepada anak, seperti brain gym, yang merupakan suatu pijatan terhadap anak difabel untuk menimbulkan perilaku-perilaku tertentu, ataupun untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu,” ungkap Azbar.

Program Rumah Ramah Difabel ini dilaksanakan secara langsung di kantor CCF. Hal tersebut kemudian menjadi kendala bagi beberapa keluarga dampingan yang mengalami kesulitan ekonomi. Tidak adanya alat transportasi dan juga mahalnya ongkos yang harus dikeluarkan jika hendak datang ke kantor CCF menjadi hambatan bagi mereka. Selain itu, keterbatasan CCF untuk mengadakan kendaraan operasional menjadi tantangan selanjutnya.

“Karena keterbatasan tersebut, kami berupaya untuk mengadakan home visit therapy di mana para volunteer akan datang secara langsung ke rumah keluarga dampingan. Hal ini kami lakukan agar dapat menjangkau seluruh keluarga dampingan,” ujar Richard.

Richard juga menyampaikan bahwa CCF sebagai lembaga swadaya masyarakat, masih menggantungkan biaya operasional dari founder dan juga para donatur. Walaupun sudah melakukan kerjasama dengan pemerintah maupun orgnanisasi non-pemerintah, namun dalam pelaksanaannya CCF tetap mengalami kesulitan dalam pembiayaan operasional.

“Saya berharap agar CCF bisa mendapatkan donatur lebih banyak lagi, sehingga pemberdayaan dapat dilakukan secara maksimal,” ujar Richard.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.