Difabel

Makna Dalam Suara: Membaca dengan Suara untuk Teman Netra

Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan kesetaraan, termasuk akses sarana literasi bermanfaat. Keberadaan Niskala Literasi bisa menjadi langkah untuk menuju pemenuhan akses literasi yang inklusif, yaitu pada penyandang tuna netra.

Published

on

Niskala Literasi melakukan kegiatan Ruang Temu bersama relawan dari proyek Makna Dalam Suara dan teman-teman netra pada tanggal 15 Agustus 2021 (sumber: dokumentasi Niskala Literasi)

Oleh : Ghina Athaya

Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan kesetaraan, termasuk akses sarana literasi bermanfaat. Keberadaan Niskala Literasi bisa menjadi langkah untuk menuju pemenuhan akses literasi yang inklusif, yaitu pada penyandang tuna netra.

Berangkat dari keresahan minimnya akses bacaan bagi penyandang tuna netra, Alfin, seorang alumni Ilmu Perpustakaan Universitas Padjajaran, berinisiatif membuat bacaan yang mudah diakses dan memiliki berbagai opsi untuk teman-teman disabilitas netra. Bersama mahasiswa Ilmu Perpustakaan Unpad 2019, ia membuat gerakan sosial dengan maksud mencoba untuk mengatasi permasalahan yang ada.

Dalam proyek bernama Makna Dalam Suara, Niskala Literasi melakukan pensulihsuaraan (dubbing) buku-buku hingga menjadi ramah bagi penyandang disabilitas netra. “Bacaan itu sudah ada tapi belum accessible bagi komunitas netra. Dari baca-bacaan tersebut, kitalah yang mensulihsuarakannya dengan bantuan dari relawan,” ujar Alfin.

Tim relawan Niskala Literasi terdiri 193 orang yang terbagi menjadi dua, yaitu 140 narator dan 53 editor. Narator adalah seseorang yang membacakan buku tersebut, sedangkan editor bertugas menyunting hingga akhirnya bisa layak menjadi sebuah produk audiobook.

Obet merupakan salah satu relawan dari proyek Makna Dalam Suara di bagian narator. Ia bercerita banyak hal yang perlu dipersiapkan dalam pensulihsuaraan buku dari mulai kondisi, tempat, dan peralatan. “Meski tidak bisa melihat, teman-teman netra dikaruniai pendengaran yang tajam. Kalau ada suara-suara lain, mereka akan jadi lebih sensitif dan tidak fokus pada materi tersebut,” jelas Obet.

Dengan bermodalkan earphone, Obet sudah bisa melakukan pensulihsuaraan buku. Latihan juga dibutuhkan untuk meminimalisir kesalahan yang dilakukan saat perekaman. Pelatihan mulanya dilakukan bersama Braille’iant Indonesia dan dilanjutkan dengan belajar secara mandiri.

Ada dua kategorisasi relawan yang mengsulihsuarakan buku, relawan dependen dan independen. Relawan dependen dipilihkan bukunya oleh Niskala Literasi, seperti Obet yang mensulihsuarakan buku tematik dari Kemendikbud. Sedangkan relawan independen bisa memilih buku yang ingin disulihsuarakan.

Kesulitan yang didapat saat mensulihsuarakan buku biasanya berhubungan dengan waktu dan keadaan. “Sulit mencari waktu yang pas. Karena kalau kita melakukan rekaman di pagi hari atau siang itu lebih sulit karena mendapat noise (gangguan suara). Jadi biasanya dialihkan ke malam hari itupun perlu tidur untuk menghindari suara mengantuk,” jelas Obet.

Kemudian, kumpulan buku yang sudah disulihsuarakan oleh Obet dan teman-teman relawan lainnya akan masuk ke bank data Niskala Literasi. Jika sudah terkumpul, lembaga yang sudah melakukan persetujuan dan administrasi data akan diberikan akses.

Tentu ada berbagai tantangan untuk Niskala Literasi hadapi kedepannya, baik internal maupun eksternal. Selain menjaga konsistensi relawan, menjaga hak cipta buku dan menargetkan hasil-hasil bukunya agar tepat sasaran juga tak boleh luput dari perhatian.

“Mungkin tantangan lainnya adalah menjaga hasil karya pengarang buku dan relawan bisa tepat sasaran. Kemudian tautan dari hasil sulih suaranya ini gak ke mana-mana. Karena (jika terjadi hal tersebut) delik aduannya bakal diadukan atas nama Niskala,” tambah Alfin

Untuk ke depannya, Niskala Literasi berencana membuat musim kedua dari proyek Makna Dalam Suara. Harapannya mereka bisa menjangkau lebih luas penerima manfaat dan berkolaborasi dengan lembaga-lembaga kepustakaan, terutama kedinasan dan Perpustakaan Nasional. “Sejauh ini kita bersinergi dengan perpustakaan dinas dan perpustakaan provinsi. Jadi, kami ada resolusi untuk bersinergi dengan komunitas-komunitas lain,” imbuh Alfin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.