Anak

Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ) Makassar sebagai Pilar Pendidikan bagi Anak Jalanan

Pendidikan yang berkualitas merupakan hak bagi setiap warga yang perlu dijamin pelaksanaannya oleh negara. Tak terkecuali bagi anak-anak masa depan bangsa yang hidup di jalanan.

Published

on

oleh: Muhammad Salim Anhar

Pendidikan yang berkualitas merupakan hak bagi setiap warga yang perlu dijamin pelaksanaannya oleh negara. Tak terkecuali bagi anak-anak masa depan bangsa yang hidup di jalanan. Sayangnya, masih ada dari mereka yang belum mendapatkannya. Melihat ironi ini, Komunitas Peduli Anak Jalanan (KPAJ) Makassar lantas tergerak mengajak anak-anak tersebut dengan mencanangkan upaya-upaya yang dianggap mampu menjadi pilar perubahan.

Melalui upaya yang dimaksud, komunitas ini menghadirkan kegiatan yang beragam. Hal ini dibenarkan oleh Pengajar Tetap KPAJ Area Adhyaksa Angkatan ke-13 yakni Syamsuar Yusri (22) saat ditemui pada Kamis, 28 Oktober 2021 melalui wawancara eksklusif.

“Kegiatan area binaan itu ada kegiatan harian, mingguan, bulanan. Kegiatan harian berupa belajar CaLisTung dan mengaji. untuk mingguan ada Fun Teaching Volunteer (FTV), dan bulanan biasa kita ajak adik-adik binaan pergi rekreasi ke pantai, taman, ataupun museum.” Ungkap Syamsuar.

Walau di tengah pandemi COVID-19, KPAJ tetap berupaya untuk menumbuhkan semangat belajar anak-anak. Setiap kegiatan komunitas dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan.

“Mereka semangat sekali, lebih bersemangat dari pada kakak-kakak pengajarnya, hingga saya menjadi senang dan semangat juga untuk mengajar mereka” lanjut Syamsuar dalam keterangannya.

Semangat belajar tersebut ditunjukkan oleh salah satu anak dari area binaan mereka, Alif. Sejak usia 7 tahun, ia sudah menjadi adik binaan di KPAJ Area Adhyaksa.

“Kakak-kakaknya baik-baik, aku juga belajar menulis, membaca, sama mengaji disini” ujar Alif sambil tersenyum.  (15/11/21)

Alif merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, kakak-kakaknya tidak ada yang sekolah, mereka pergi merantau mengikuti saudaranya ke luar daerah. Bagi ibundanya, Heni (42) Alif adalah satu-satunya harapan baginya untuk mampu membaca, menulis, dan mengaji.

“Saya sangat senang KPAJ ada di sini, saya tidak mampu membaca dan mengajarkan apapun ke anak saya, saya menyerahkan kepada kakak-kakak di sini untuk mengajar. Saya memiliki harapan yang besar kepada Alif untuk mampu menulis, membaca, dan mengaji” jawab Heni.  (28/10/21)

Turut membina kegiatan yang dilangsungkan, Wahyu Hidayat (27) , Pengajar Tetap KPAJ Adhyaksa Angkatan ke-4 menjelaskan ada beberapa perbedaan yang KPAJ rasakan sebelum dan sesudah pandemi ini berlangsung.

“Perbedaanya adalah banyak adik-adik binaan yang tadinya ikut belajar sebelum kelas diliburkan karena pandemi, tidak kembali belajar lagi setelah ruang binaan dibuka kembali, dan itu juga menjadi catatan bagi kami, karena berbeda dengan sekolah pada umumnya, kami tidak mampu ‘mengikat’ mereka untuk terus selalu ikut dalam proses pembelajaran tersebut.” kata Wahyu.  (28/10/21)

Mencuplik keterangan dari Alit Kurniasari dalam Jurnal Kementerian Sosial (Kemensos), Peneliti Pertama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial di Departemen Sosial RI, menyebutkan bahwa keberadaan komunitas peduli anak terlantar dapat menjadi modal sosial yang dapat dimanfaatkan nantinya untuk pengembangan masyarakat sekitarnya.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Populer

Copyright © 2021 Liputan Inklusif.